Ki: Mengetuk pintu...(tok...tok...tok...) Assalamu’alaikum.....
Ko: Wa’alaikumsalam... (membuka pintu dan menjabat tangan klien)
silahkan masuk... silahkan duduk....
Ki: Terima kasih buk(duduk)
Ko: Senang sekali anda mengunjungi ibu di ruangan ini pagi ini..
Agar lebuh akrab, alangkah lebih baik kita berkenalan terlebih dahulu..
Nama ibu Rani Maulidani, panggil saja ibu Rani.
Nah, anda lebih suka dipanggil apa??
Agar lebuh akrab, alangkah lebih baik kita berkenalan terlebih dahulu..
Nama ibu Rani Maulidani, panggil saja ibu Rani.
Nah, anda lebih suka dipanggil apa??
Ki: Panggil saja saya La buk.
Ko: Baiklah La, apakah La pernah konseling sebelumnya??
Ki: Sudah buk..
Ko: Apa yang La ketahui tentang konseling??
Ki: konseling itu tempat menyelesaikan maslah.
Ko: Bagus, konseling itu dimana saya sebagai konselor dan La sebagai
klien dan akan membicarakan berbagai hal mengenai apa yang La pikirkan, La
rasakan, La alami saat ini agar nantinya kita carikan penyelesaiannya dan La
dapat menjalani kehidupan ini dengan baik. Bisa La pahami??
Ki: Bisa buk...
Ko: Ibu juga mengaharapkan nantinya La bisa terbuka dan secara sukarela bembahas apa
saja, dan tentu saja apapun yang akan kita bicarakan tidak akan diketahui oleh
orang lain kecuali atas izin dari La.
La juga ibu harapkan dapat aktif dalam proses konseling ini dan La juga harus dapat mengambil keputusan yang tepat dan tentu juga harus dilaksanakan dengan baik.
Bagaimana? Ada pertanyaan La?
La juga ibu harapkan dapat aktif dalam proses konseling ini dan La juga harus dapat mengambil keputusan yang tepat dan tentu juga harus dilaksanakan dengan baik.
Bagaimana? Ada pertanyaan La?
Ki: Tidak buk..
Ko: Apa yang akan kita bicarakan siang ini La?
Ki: Saya merasa bahwa keadaan rumah saya tidak seperti keadaan di
rumah teman-teman saya..
Ko: Seperti apa itu??
Ki: Saya merasa ayah mencuekin saya dan ibu saya buk, ayah hanya
memikirkan dirinya sendiri buk.. Ayah bisa dibilang hampir tidak pernah
memberikan nafkah pada keluarga. Ayah saya bekerja sebagai petani, saat panen
beliau menjual semua hasil dan uangnya hanya untuk dirinya sendiri..
Ko: Seharusnya menurut La bagaimana??
Ki: Seharusnya ayah
memberikan kami beras, masa kami harus membeli beras padahal ayah petani.
Begitu juga dengan uang. Jangankan memberi, diminta saja sering tidak mau
memberikan buk.
Ko: Saat La meminta uang, apa yang dikatakannya?
Ki: Dia bilang tidak ada uang buk, padahal saat itu saya tau kalau
ayah siap panen. Waktu itu saya hanya minta lima ratus rupiah, tapi dia bilang
tidak ada uang. Saya sangat kecewa dengan ayah buk.. Dia sangat tidak
bertanggung jawab kepada keluarga.
Ko: Hmm...(menganggukkan kepala)
La kecewa atas perbuatan ayah tersebut?
La kecewa atas perbuatan ayah tersebut?
Ki: Iya saya sangat kecewa buk..
sejak saat itu saya tidak mau lagi minta uang pada ayah..
sejak saat itu saya tidak mau lagi minta uang pada ayah..
Ko: Lalu minta sama siapa?
Ki: Sama ibu saja buk, saya juga bekerja sambil kuliah menjadi guru
MDA buk..
Hanya itu yang bisa saya harapkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saya.
Hanya itu yang bisa saya harapkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saya.
Ko: Apa itu cukup?
Ki: Harus dicukup-cukupi buk.. ibu saya kalau ada uang dia selalu
memberi saya uang untuk ongkos kuliah. Gaji saya hanya cukup untuk keseharian
saja buk.. Hanya Rp350.000/bulan
Ko: Dengan gaji segitu selama sebulan bisa dibilang cukup dengan
ditambah sedikit dari ibu, begitu?
Ki: Iya buk.
Ko: Bagaimana tanggapan ayah dengan yang La alami dan Ibu?
Ki: Ayah seperti tidak mau tau saja dengan keadaan kami buk, ayah sangat
pelit kepada keluarga buk, sementara saya sangat kasihan dengan ibu yang harus
bekeja di ladang orang, padahal ibu saya sudah tua.
Ko: Hmm ibu La sudah tua dan bekeja di ladang orang??
Ki: Iya buk...
Ko: Lalu apa kata ayah?
Ki: Ya biasa saja buk..
Ko: Hubungan ayah dengan keluarga bagaimana?
Ki: Hubungan kami dingin buk, tidak seperti keluarga.. bisa
dibilang, kami berkomunikasi hanya saat ada keperluan saja.
Ko: Berkomunikasi saat ada keperluan saja?
Ki: Iya buk...
misalnya ayah menyuruh sesuatu atau membicarakan masalah lain yang penting saja.
misalnya ayah menyuruh sesuatu atau membicarakan masalah lain yang penting saja.
Ko: Seperti apa?
Ki: Iya buk seperti apabila ada saudara lain yvgb ang mau menikah
atau yang lainnya buk.
Ko: Apabila bertemu ayah bagaimana respon La atau Ayah?
Ki: Biasa saja buk, tidak menyapa.. saya pun begitu.. sama saja
buk...
Ko: Dengan ibu bagaimana?
Ki: Sama saja buk...
walaupun kami tinggal satu atap, ayah yang seharusnya memberikan nafkah, paling tidak untuk keperluan dapur saja tidak memenuhi.
padahal saya perhatikan ayah selalu bekerja stiap harinya.
walaupun kami tinggal satu atap, ayah yang seharusnya memberikan nafkah, paling tidak untuk keperluan dapur saja tidak memenuhi.
padahal saya perhatikan ayah selalu bekerja stiap harinya.
Ko: Kalau begitu yang memenuhi itu semua hanya ibu?
Ki: Iya buk..
Ko: Lalu penghasilan ayah biasanya digunakannya untuk apa?
Ki: Biasanya untuk memancing belut buk. Setiap minggu ayah pergi
memancing belut.
Ko: Setelah dipancing belutnya untuk apa?
Ki: Untuk di jual lagi buk, dulu kami sering makan belut, sekarang
mungkin kami sudah bosan, jarang sekali ayah membawa belut pulang.
Ko: Lalu hasil penjualan belut?
Ki: Hanya untuk keperluannya sendiri buk.
Ko: Ayah menghasilkan uang dan itu hanya untuk dirinya sendiri,
setau anda untuk keperluan apa?
Ki: Tidak tau buk..
saya juga bingung dengan sikap ayah yang seperti itu..
Komunikasi juga sangat minim.
saya juga bingung dengan sikap ayah yang seperti itu..
Komunikasi juga sangat minim.
Ko: Sikap ayah terhadap keluarga bagaimana?
Ki: Ya biasa-biasa saja buk...
Ko: Saat makan malam apa yang biasanya dibicarakan?
Ki: Saya saja jarang makan malam buk, di rumah saya lebih senang di
dalam kamar membuat tugas dan tidur-tiduran.
Ko: Bagaimana tanggapan ayah dan ibu dengan hal itu?
Ki: Ibu sudah tau kalau saya jarang makan malam.
Ko: Kalau ayah?
Ki: Mungkin juga sudah tau buk, karena tidak ada memanggil saya
untuk makan bersama.
Ko: Nampaknya La jarang sekali berkumpul dengan keluarga, benar
begitu?
Ki: Iya buk, dulu saat Tv belum rusak, kami sering nonton berkumpul
bersama.
Ko: Biasanya apa yang ditonton bersama?
Ki: Bola atau film di TV yang sedang tayang buk,
Ko: Nah apa yang dibicarakan saat berkumpul?
Ki: Tidak ada buk, karena kami hanya menonton..
palingan hanya mengomentar apa yang ditonton dan sahut-menyahut. Tapi sekarang TV sudah rusak buk jadi tidak ada lagi. Saya benar-benar lebih sering di kamar sekarang. Semakin merasa asing dengan ayah.
palingan hanya mengomentar apa yang ditonton dan sahut-menyahut. Tapi sekarang TV sudah rusak buk jadi tidak ada lagi. Saya benar-benar lebih sering di kamar sekarang. Semakin merasa asing dengan ayah.
Ko: La mengatakan merasa asing dengan ayah?
Ki: Iya buk, mungkin karena jarang berkomunikasi dengan ayah.
Ko: Sekarang apa yang La inginkan saat bersama keluarga?
Ki: Saya ingin ada kehangatan, dan ayah menyadari tanggung jawabnya
sebagai ayah..
Ko: Apa yang telah La lakukan untu hal itu?
Ki: Tidak ada melakukan apa-apa buk....
Saya bingung harus bagaimana sekarang.
Saya bingung harus bagaimana sekarang.
Ko: La tadi mengatakan bahwa La ingin ada kehangatan, dan ayah
menyadari tanggung jawabnya sebagai ayah..disisi lain La tidak melakukan
apa-apa untu mewujudkannya.
Ki: (Diam)
Saya bingung buk, apa yang harus saya lakukan?
Saya bingung buk, apa yang harus saya lakukan?
Ko: Bagaimana jika La memulai berkomunikasi dengan ayah mengenai hal
itu??
Ki: Tidak mungkin buk, nanti ayah mengira saya mengajarinya padahal
saya adalah anaknya, dan dia menganggap saya tidak menghargainya.
Ko: Tampaknya masalah ini akan selesai apabila La harus mau dan
berani untuk memulainya.
Ki: Saya tidak yakin buk..
Ko: La tentu harus yakin jika ingin masalah ini selesai..
Dalam konseling ada yang namanya teknik kursi kosong dimana La akan melatihkan bagaimana memulai pembicaraan dengan ayah sampai dengan mengkomunikasikan dengan ayah mengenai masalah ini.
Bagaimana La, mau dicobakan?
Dalam konseling ada yang namanya teknik kursi kosong dimana La akan melatihkan bagaimana memulai pembicaraan dengan ayah sampai dengan mengkomunikasikan dengan ayah mengenai masalah ini.
Bagaimana La, mau dicobakan?
Ki: Iya buk..
Ko: Sekarang coba putar kursi La ke arah sini, dan bayangkan ada
ayah sedang duduk disini, hadirkan sosok ayah di depan La, apa yang ingin La
ungkapkan pada ayah??
Ki: (diam)
Ko: Ayo La, silahkan katakan apa yang ingin disampaikan,, Silahkan
La..
Ki: Gak bisa buk,,Saya tidak yakin..
Ko: Saya yakin La bisa melakukannya, untuk itu mari kita latihan
dahulu..apabila ada kesalahan, nanti kita akan perbaiki...
Ayo silahkan,
Ayo silahkan,
Ki: Bagaimana cara memulainya buk?
Ko: Sebaiknya dimulai dengan sapaan dan kata pembuka lainnya dengan
menanyakan bagaimana pekerjaan ayah di ladang, apa ayah lapar, capek habis
bekerja.. Silahkan...
Ki: Apa kabar ayah di ladang?
Ayah lapar?(terbata-bata)
Ayah lapar?(terbata-bata)
Ko: Bagus, bagaimana bila lebih lancar lagi?
Ki: Apa kabar yah di Ladang?
Ayah lapar?(mulai lancar)
Ayah lapar?(mulai lancar)
Ko: Coba dilanjutkan..
Ki: Yah kan sekarang ada pekerjaan terus, kalau ayah kasih La uang
untuk ongkos bagaimana?
Ko: Bagus!! Kira-kira bagaimana respon ayah?
Ki: Saya rasa sedikit mengganjal buk...
Ko: Bagaimana sebaiknya?
Coba diubah kata-katanya lebih baik lagi.
Ayo silahkan..
Coba diubah kata-katanya lebih baik lagi.
Ayo silahkan..
Ki: Yah, sekarang kan sudah ada pekerjaan terus, La butuh uang untuk
ongkos pulang pergi kuliah yah..
Ko: Nah kalau begini kira-kira bagaimana respon ayah?
Ki: Mungkin sudah mulai mengerti buk..
Ko: Coba sekarang putar kembali kursi La seperti semula.
Sekarang bagaimana
perasaan La setelah melatihkan teknik kursi kosong?
Ki: Saya sudah mulai merasa sedikit lega buk.
Ko: Jika ayah tidak menerima bagaimana?
Ki: Ya mau bagaimana lagi buk..
Biarkan saja lagi buk...
Biarkan saja lagi buk...
Ko: Lalu La akan terus seperti ini?
Ki: Ya terus bagaimana buk,
ayah tidak menerima..
apakah saya harus terus berusaha?
ayah tidak menerima..
apakah saya harus terus berusaha?
Ko: Ya tentu saja, La harus terus berusaha agar keinginan La
terpenuhi.
Ki: Baiklah buk,
Saya akan berusaha terus untuk membuat ayah mengerti.
Saya akan berusaha terus untuk membuat ayah mengerti.
Ko: Anda yakin?
Ki: Ya, Saya yakin buk.
Ko: Kapan La akan melaksanakannya?
Ki: Nanti malam buk.. Selesai makan malam jam delapan.
Ko: Dimana La akan melakukan itu?
Ki: Di rumah buk....
Ko: Baiklah La semoga La bisa konsisten dengan keputusan itu dan ibu
sangat yakin sekali La bisa melakukannya..
Sebelum konseling ini berakhir, nah apa acuan atau dasar La akan melakukan keputusan itu?
Sebelum konseling ini berakhir, nah apa acuan atau dasar La akan melakukan keputusan itu?
Ki: Karena saya ingin ayah melakukan tanggung jawabnya, dan hubungan
kami dapat harmonis.
Ko: Apa kompetensi yang La punya untuk menyelesaikan masalah ini?
Ki: Keinginan yang besar dan yakin buk..
Ko: Apa yang akan La lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?
Ki: Saya akan berusaha membuat ayah mengerti dan terus mengajak ayah
berkomunikasi.
Ko: Bagaimana perasaan La sekarang?
Ki: Saya sangat bersemangat dan tidak sabar akan segera dapat
menyelesaikannya.
Ko: La yakin akan melakukannya?
Ki: Saya sangat yakin buk..
Ko: Selamat ya La, ibu sangat bangga dan senang sekali La dapat
mengambil keputusan dengan baik, La sudah mengalami perkembangan yang cukup
bagus, semoga La dapat melaksanakannya dengan baik dan permasalahan ini cepat
selesai.
Ibu harap kita bisa bertemu kembali untuk membicarakan hal-hal yang ingin La bicarakan, ibu dengan hati terbuka akan menerima kedatangan La kembali.
Ibu harap kita bisa bertemu kembali untuk membicarakan hal-hal yang ingin La bicarakan, ibu dengan hati terbuka akan menerima kedatangan La kembali.
Ki: Terima kasih banyak buk.
Ko: Sebelum konseling kita akhiri, silahkan isi blanko ini terlebih
dahulu.
Ki: Baiklah buk!!! (mengisi blanko)
Sudah selesai buk..
Ko: Oke bagus,, terima kasih La,
dengan begitu, konseling dapat kita akhiri,
Semoga berhasil ya La......
dengan begitu, konseling dapat kita akhiri,
Semoga berhasil ya La......
Mari silahkan La....
(berdiri dan berjalan menuju pintu)
(berdiri dan berjalan menuju pintu)
Konselor
(Rani Maulidani)
wah hebat kak,,,,
BalasHapus